"Siapa sangka film ini film horror sadis. Gue kira Telenovela."
Ari Aster baru saja merilis film terbaru nya di tahun ini yakni Midsommar. Sutradara Hereditary ini masih konsisten dengan gaya horror nya di tahun lalu yang mencekam dan sedikit "sakit" pada karakter-karakter nya yang akan saya bahas di artikel ini.
Jujur saat pertama kali seseorang men-share poster film Midsommar kepada saya, saya agak kurang percaya atau lebih tepatnya bingung. Ini lah film Ari Aster? Hal itu wajar mengingat saat poster pertama keluar, poster itu bernuansa ala drama telenovela dengan tone yang penuh warna. Baru pada saat trailer pertama nya muncul, saya merasa "Oh, I know what do you think, Aster." Saya mulai paham dengan apa yang ingin di sampaikan oleh film ini, suatu tema yang berani sekaligus cerdas dari seorang Ari Aster. Yang saya yakin tidak akan mengecewakan hasilnya.
Film ini sendiri menceritakan tentang sekelompok anak muda yang tengah liburan di kampung halaman sahabat nya di Swedia. Akan tetapi kampung tersebut ternyata masih memiliki berbagai ritual-ritual kuno yang boleh dibilang tidak normal. Sisa nya kalian bisa tonton sendiri film nya. Setidaknya, Midsommar menjadi tontonan wajib kalian tahun ini.
Dari karakter, saya merasa ada hubungan atau kerja sama yang intens antara Aster dan juga Florence Pugh. Aster mengembangkan karakter Dani dengan perlahan dan sangat baik sejak awal film. Dan pengembangan tersebut dapat di tangkap dengan baik oleh Pugh yang berakhir pada sukses nya peran Pugh sebagai Dani. Hubungan pemain dan sutradara yang ciamik.
Seperti film terdahulu nya, lagi-lagi Aster seperti menjebak karakter nya dalam suatu lingkup masalah yang rasa nya 'sulit' untuk mereka selesaikan. Tak ada jalan keluar bagi mereka dan pada puncak nya mereka akan pasrah, kemudian film akan berakhir dengan menang nya tokoh antagonis.
Kemudian di segi cerita, sebenarnya film ini masih di bawah Hereditary. Ya, Hereditary lebih "Nightmare" dari ini. Dari segi cerita, film ini mirip seperti film bertema sekte pada umumnya, namun disini kita akan di buat bingung. Karena kita tak bisa menyebut sepenuhnya bahwa orang-orang kampung Swedia itu adalah antagonis, mengingat semua ritual-ritual berdarah itu adalah tradisi dan kebiasaan mereka. Lantas penonton akan merasa dilema dalam menentukan siapa sebenarnya yang antagonis? Kalian bisa menentukan nya sendiri berdasarkan pendapat masing-masing, namun bagi saya para petinggi-petinggi kampung itu yang punya niat jahat. (Walau sekali lagi sebenarnya untuk kepentingan mereka juga.)
Kemudian sebenarnya film ini agak membuat bosan pertengahan. Namun, setiap adegan dari film ini hampir semua nya adalah penting jika kita mau mengerti maksud dari cerita nya. Sehingga tak akan mungkin kita meninggalkan film ini di tengah-tengah. Film ini sama seperti Hereditary, membuat penontonnya bertanya-tanya untuk kemudian akan di jelaskan melalui ending.
Film ini juga memiliki elemen horror yang tidak biasa, ya seperti film Aster sebelum nya, film ini akan menunjukkan bagaimana sikap atau perilaku karakter-karakter nya yang mulai menyimpang dan tidak wajar. Dari ke tidak wajaran itulah muncul perasaan cemas dan creepy dari para penonton, sehingga akan timbul pikiran "Oh sial, Ada yang gak beres." Karena pada dasarnya elemen horror film ini akan serasa mempermainkan psikologis kalian, bukan menakuti ala film James Wan dengan make up hantu yang mengerikan, film ini lebih menekankan unsur psikologis dan atmosfer mencekam. Dengan menonton film ini kalian akan merasakan pengalaman berbeda dari film horror lain nya.
Ngomong-ngomong soal pengalaman berbeda, dari segi visual pun film ini sudah berbeda dari film lain nya. Alih-alih akan mendapatkan aura gelap, dark dan kelam dalam film horror. Di film ini kita justru di sajikan dengan visual dan tone yang cerah, fun, terang dan ceria, seperti yang sudah saya bilang yaitu mirip dengan drama-drama telenovela yang memberikan cerita-cerita indah di dalam nya. Dari segi latar, film ini memiliki latar yang sangat indah, sangat penuh warna, bunga bahkan senyuman, dan juga film ini memiliki latar yang tak berpindah-pindah sehingga memudahkan kita dalam menangkap cerita. Semua visual itu pada umumnya akan membuat kita merasa nyaman, enak dan tenang. Namun Ari Aster mematahkan anggapan itu, zona nyaman bukan berarti aman. Dalam visual yang cerah dan ceria itu, Aster justru memasukkan adegan-adegan sadis seperti kepala hancur, kaki patah, tubuh yang di kuliti dan berbagai adegan berdarah lainnya yang sukses membuat penontonnya mendapat "Shocking Effect" saat menonton nya, dan ini juga memiliki level keseraman yang menekankan pada unsur psikologis dimana adegan dan visual nya terasa sangat kontras.
Kita yang terbiasa menonton visual ceria dan cerah dengan cerita yang indah, kini justru melihat adegan berdarah yang cukup brutal. Ini seolah-olah menyampaikan bahwa di situasi yang seindah apapun, kejadian-kejadian tragis masih akan tetap terjadi. Ari Aster seolah-olah berkata "Zona nyaman belum tentu aman." Sangat brilian.
Pengalaman menonton film ini sangat berbeda, setidaknya kalian harus merasakan pengalaman menonton seperti ini sekali dalam hidup kalian. Walau masih belum bisa menyamai level Hereditary, keberanian dan keterampilan Aster dalam menggarap visual, karakter dan plot sangat brilian. Dalam Midsommar, serasa ada sebuah sub-genre baru dalam film horror yang benar-benar Fresh.
Namun, yang sangat di sayangkan dari film ini adalah ending nya. Bagi saya, ending nya terasa flat dan tidak memiliki twist. Sebenarnya sah-sah saja bila sebuah film tidak memiliki twist ending, namun dalam kasus Midsommar, film ini secara keseluruhan memiliki pertanyaan serta keanehan yang merujuk pada ada nya suatu rahasia di film ini yang seharusnya muncul di ending. Tensi yang semakin naik seiring film serasa 'down' ketika di ending. Harapan saya akan sesuatu yang bisa di bilang 'big moment' tidak terpenuhi di ending. Maka saya agak kecewa, dan sangat di sayangkan.
Secara keseluruhan saya sangat menyukai film ini yang berhasil dari segi cerita dan ending nya. Sebuah sub-genre yang baru di mulai oleh Aster yang sukses menurut saya, saya sangat merekomendasikan film ini kepada pembaca. Akan tetapi saat film ini di putar di bioskop saya yakin pasti ada adegan yang di cut habis-habisan saking sadis nya. So, tonton film ini dengan enjoy dan disarankan untuk tidak nonton bersama pacar. Sekian.
FYI: Ritual Attestuppa benar-benar ada di kehidupan nyata.
Harry Wijaya
2019.
2019.
0 komentar:
Posting Komentar