Kamis, 02 Agustus 2018

Kisah Upi dalam buku Max Havelaar



Upi adalah seorang pria yang menetak dan memahat batu. Pekerjaan nya sangat berat, dan dia rajin bekerja, namun upah nya kecil, dan dia tidak puas.


Dia menghela nafas karena pekerjaannya amat berat. Lalu dia menjerit: "Oh, seandainya aku kaya, dan aku bisa beristirahat di bale-bale dengan kelambu dari sutra!"

Maka datanglah malaikat yang turun dari langit berkata: "Jadilah seperti apa yang telah kau katakan."

Lalu dia menjadi kaya. Dan dia sungguh beristirahat di bale-bale, kelambu nya terbuat dari sutra merah.

Kemudian raja di negeri itu melintas, dengan para pasukan berkuda di depan kereta nya, payung emas memayungi kepala raja itu.

Ketika dia melihat itu, dia merasa jengkel karena tidak terdapat patung emas yang memayungi kepala nya. Maka dia merasa tidak puas.

Dia menghela nafas, dan menjerit: "Saya berharap saya adalah seorang raja."
Lalu datanglah malaikat yang turun dari langit berkata: "Jadilah seperti apa yang telah kau katakan."

Maka dia menjadi seorang raja. Di depan keretanya berbaris pasukan berkuda, di belakang kereta nya juga ada pasukan berkuda. Dan dia di payungi dengan payung emas.

Matahari dengan sinarnya yang terik, menghanguskan bumi, sehingga rerumputan menjadi layu.

Lalu dia yang telah menjadi raja, mengeluh bahwa sinar matah telah membakar wajahnya dan memiliki kekuatan yang lebih besar dari nya.

Dia menghela nafas dan menjerit: "Aku berharap aku adalah matahari!"

Lalu datang lah malaikat yang turun dari langit. Dan berkata: "jadilah seperti apa yang kau katakan."

Maka dia menjadi matahari. Dan dia memancarkan sinarnya keatas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang dan seluruh arahnya.

Kemudian membakar bumi dan wajah raja yang ada di bumi.

Lalu sebuah awan menempatkan diri diantaranya matahari dan bumi.

Dan dia menjadi gusar, karena kekuatan nya ditahan, maka dia mengeluh jika awan itu memiliki kekuatan yang lebih besar dari dia. Dia tidak puas.

Dia berharap untuk menjadi awan, yang sangat kuat.

Lalu datanglah malaikat yang turun dari langit berkata: "Jadilah seperti apa yang kau katakan."

Maka dia menjadi awan, dan dia menempatkan diri di antara matahari dan bumi, serta menangkap sinar matahari, sehingga rumput-rumput menghijau. Dan awan menurunkan hujan deras ke bumi, sehingga membuat sungai membludak, dan banjir menyapu kawanan hewan.

Jumlah volume air itu menghancurkan ladang-ladang.

Dan dia melihat sebuah batu, yang sama sekali tidak bergerak. Lalu dia memberi volume air yang lebih deras. Namun batu tetap tidak bergerak bahkan menahan air tersebut.

Dia pun mengeluh dan menjerit: "Pada batu itu, kekuatan yang lebih besar telah diberikan bukan padaku! Aku berharap aku adalah batu itu!"

Lalu datanglah malaikat yang turun dari langit dan berkata: "Jadilah seperti apa yang kau katakan!"

Maka dia berubah menjadi batu, dia menahan semua volume air yang di turunkan oleh awan dan tak bergerak sama sekali.

Lalu datang lah seorang pria dengan sebuah beliung dan pahat yang tajam serta palu yang berat. Kemudian dia menetak batu itu.

Batu itu berkata: "Apa ini, manusia ini memiliki kekuatan di atas saya, dan dia dapat menetakku." Maka dia tidak puas.

Dia menjerit: "Saya lebih lemah dari orang ini... Saya berharap saya adalah pria ini!"

Lalu datanglah malaikat yang turun dari langit berkata:"Jadilah seperti apa yang kau katakan."

Maka dia menjadi seorang penetak dan pemahat batu. Dia menetak batu dengan kerja keras, dan bekerja keras demi sedikit upah, dan dia merasa puas."

Multatuli 1860.
Dari buku Max Havelaar, Hal. 197-199.

0 komentar:

Posting Komentar